Monday, July 25, 2005

[Ruang Renung # 120] Puisi, Lirik Lagu, Musik Tanpa Lirik, Sajak Berbunyi

Samakah lirik lagu dengan puisi? Maksudnya apa lirik adalah puisi yang di lantunkan dengan irama? Bagaimana caranya bikin puisi yang kalau dibaca terasa haru?

SAYA tidak pernah bikin lagu. Tapi bisa membayangkan kerepotan seorang penggubah lagu ketika membuat lirik untuk lagunya. Saya tidak tahu apa yang lebih dahulu ditulis: irama atau liriknya. Kalau iramanya lebih dahulu, maka lirik yang harus 'mengalah'. Pilihan kata jadi terbatas sekali. Panjang pendek kalimat harus pas dengan jumlah nada. Tema juga jadi terbatas. Saya kira tidak akan cocok irama mendayu-dayu manis ala Yovie Widianto diberi lirik dengan tema dan pilihan kata seenaknya a la Slank.

SAYA penulis puisi. Kerepotan-kerepotan di atas tidak saya alami.

TETAPI ada puisi-puisi yang dinyanyikan. Seperti yang dilakukan oleh kelompok Dua Ibu. Itu pun khusus puisi Sapardai Djoko Damono. Kerepotan di alinea pertama tulisan ini di balik. Irama yang mencocokkan diri dengan syair. Swami juga menyanyikan beberapa sajak Rendra. Bimbo menyanyikan beberapa sajak Taufik Ismail.

JADI apakah lirik lagu itu puisi yang dinyanyikan? Tidak semua lirik lagu adalah puisi. Tidak semua puisi bisa dinyanyikan. Tetapi, ya alangkah berdayanya sebuah puisi apabila dia bisa menjelma jadi sebuah lagu yang indah. Saya membayangkan suatu saat puisi saya ada yang menjadi lirik lagu.

EBIET G Ade, dalam sampul kaset Camellia I mengaku tidak mau disebut penyanyi. "Saya punya cita-cita untuk sukses sebagai Penyair yang senang musik dan nyanyi," katanya. Kalimat itu bertahun-tahun, setelah beralbum-album berlalu diralat sendiri olehnya. Ebiet menerima saja sebutan penyanyi, karena bagaimana pun dia kan memang menyanyi, katanya. Jadi, dia penyanyi atau penyair? Bagi Taufik Ismail Ebiet adalah penyair. Saya menikmati syair-syair Ebiet yang dinyanyikan itu, lebih nikmat rasanya dibandingkan dengan kalau hanya membacanya saja. Tapi saya tidak pernah membayangkan ingin menikmat sajak-sajak Goenawan Mohammad lewat lagu.

SEPERTI halnya juga saya tidak pernah ingin membayangkan ada lirik untuk komposisi simponi-simponinya Beethoven atau lagu-lagunya Kenny G. Biarlah dia utuh sebagai sebuah lagu yang sampai kepada saya tanpa harus ada lirik yang terikut di sana. Dari Goenawan Mohammad saya belajar tentang sajak yang kaya bunyi. Saya lagi belajar masih segan membagi apa yang saya dapat dari pelajaran itu. :-)

SEMOGA tambah bingung, Wahai kau yang bertanya. :-) Bob Dylan bilang, apa yang bisa dilagukan oleh dia, maka disebutnya lagu, apa yang tidak bisa dinyanyikan dia sebut saja puisi. Mau setuju dengan dia? Terserah. Saya tidak.[hah]

NB: Pertanyaan terakhir masih jadi PR buat saya, Ryan. Sabar, ya.