KADANG-KADANG ada penumpang gelap dalam puisi kita. Namanya juga penumpang gelap, kita tidak tahu kapan dia naik ke perahu puisi kita. Kita juga tidak tahu bahwa dia ada, sejak kita mulai menulis, menyelesaikan, lalu menyimpannya. Kita tidak kenal dia. Mungkin nanti ada pembaca yang memberi tahu kita ihwal keberadaan penumpang gelap itu. Biarkan saja. Malah lebih baik kalau kita bisa membangun banyak ruang gelap dalam puisi kita, agar para penumpang gelap itu semakin banyak menyelinap.
SAYA sering bertemu si penumpang gelap itu setelah membaca kembali puisi-puisi yang sudah saya tuliskan. Itulah justru yang membuat puisi itu jadi asyik untuk dibaca kembali. Saya juga banyak bertemu beberapa penumpang gelap pada puisi-puisi lain yang saya sukai.
SIAPAKAH penumpang gelap itu? Ssst, dia bahkan dalam tulisan ini pun sang penumpang gelap adalah penumpang gelap. Saya juga tidak kenal dia. Saya tak punya alasan untuk bertanya apakah dia punya tiket atau tidak.[hah]