Monday, December 22, 2003

[Ruang Renung # 45] Enak Dibaca dan Sarat Makna

DI waktu lain dia menerima pertanyaan lain lewat surat-e juga: .... Entah mengapa akhir-akhir ini saya sangat suka baca-baca puisi dan tertarik serta punya minat untuk bisa menuliskannya sendiri. Melalui e-mail inilah saya ingin mengetahui pengalaman Anda belajar menuangkan tulisan ke puisi sehingga menjadi puisi

yang sarat makna dan enak dibaca. Barangkali punya trik atau cara atau metode bagaimana belajar puisi.



MAKA dia pun menjawab, terutama untuk dirinya sendiri: .... Pertama, carilah ada apa dengan 'entah mengapa' sehingga Anda sangat suka dan tertarik membaca dan kemudian terbit minat untuk menuliskan puisi sendiri. Ada apa dengan puisi? Saya sendiri melihat, puisi sebagai sebuah permainan yang asyik. Seperti sebuah game. Menuliskannya atau membacanya seperti sedang menebak-nebak seperti apa kelak berakhirnya game itu. Game yang lebih asyik justru, ketika proses menulis puisi itu telah saya selesai. Karena saya kemudian jadi merasa-rasakan sendiri apakah puisi yang baru saya tulis itu mengandung makna, baik yang saya niatkan sejak semula, ataupun makna yang seperti kejutan: tiba-tiba saja ada dalam puisi itu.

Ini mungkin game yang levelnya sudah meningkat daripada game yang pertama, saat puisi itu mulai hendak dituliskan. Sesekali, saya menguji puisi yang sudah jadi tadi dengan membiarkan orang memaknainya sendiri, yang kadang juga mendatangkan kejutan karena dia berbeda dengan pemaknaan saya sendiri. Dan, percayalah ini juga merupakan game lain yang sama asyiknya.

Saya menulis apa saja. Tak hanya puisi. Saya membaca apa saja. Tak hanya puisi. Menulis dan membaca. Puisi dan bukan puisi. Terus dan belajar untuk tidak menginginkan apa-apa kecuali meyakini bahwa apapun yang kita tulis tidak akan pernah sia-sia.[hah]