Thursday, December 25, 2003

Ketika Hujan

Syair Rabindranath Tagore



Awan murung berangkulan berlalu lekas

melintasi pinggir batas gelapnya hutan.



O anak, jangan beranjak keluar rumah!



Pohon palma yang berbaris di sisi telaga

menyentakan kepala ke langit muram;

gagak dengan sayapnya yang terdekap

bungkam di dahan-dahan pohon asam,

dan sisi sungai di arah timur dicekam

oleh kemurungan yang semakin dalam.



Nyaring lenguh sapi, tertambat di pagar.



O anak, tunggu di sini, kubawa dia ke kandang.



Orang-orang berkerumun di lapangan tergenang

menangkapi ikan yang lepas dari kolam banjir;

air hujan mengalir deras ke anak sungai, lewati

jalan kecil, bagai bocah tergelak yang berlarian

mengelak menjauhi ibunya, mengusik hati ibunya.



Hei dengar, ada yang berseru kepada

sang tukang perahu di penyeberangan.



O anak, terang hari telah jadi kelam, dan

penyeberangan pelabuhan telah pula tutup.



Langit seperti menunggangi lekas hujan

yang turun lebat-hebat; air di sungai nyaring

bergemuruh bergegas tak sabar; perempuan

telah bersegera pulang dari sungai Gangga

dengan kendi-kendi yang penuh berisi.



Lampu-lampu malam harus segera dinyalakan.



O anak, jangan beranjak ke luar rumah!



Jalan ke pasar sudah terputus, jalan kecil

ke sungai pun betapa licin. Angin mengaum

meronta-ronta di cecabang bambu, bagai

binatang buas terjaring di perangkap.



* Bagian dari rangkaian syair The Crescent Moon.