Friday, December 19, 2003

Awan dan Ombak

Syair Rabindanath Tagore



Ibu, mereka yang tinggal di atas awan

memanggil-manggil namaku kesana --



"Kita bermain, sejak saat kita bangun,

hingga ujung hari, hingga berakhir hari.



Kita bermain dengan fajar keemasan,

kita bermain dengan bulan keperakan."



Tapi aku bertanya, "Bagaimana aku bisa

sampai ke sana? Dan mereka menjawab,

"Datanglah ke ujung bumi, kembangkan

kedua tanganmu ke langit, dan engkau

akan terangkat hingga sampai ke awan."



"Tapi ibuku menantiku di rumah," kataku.

"Bagaimana bisa aku meninggalkannya?"



Lalu mereka tersenyum melayah menjauh.



Tapi, aku tahu permainan yang lebih

asyik daripada permainan tadi, Ibu.



Aku jadi awan, engkau jadi bulan.



Aku akan selumuti engkau dengan kedua

tanganku, bumbung rumah kita langitnya.



Mereka yang tinggal di gerak ombak-ombak---

berseru memanggil-manggil namaku ke sana.



"Kita bernyanyi-nyanyi pagi hingga petang hari;

kau di punggungku, kita bergian tanpa tahu tuju."



Tapi aku bertanya, "Bagaimana aku bergabung

denganmu?" Kata mereka, "Datanglah ke ujung

pantai dan berdiri di sana dengan mata rapat

mengatup, dan engkau dibawa ke atas ombak."



Tapi kataku, "Ibuku selalu ingin aku ada di rumah

setiap petang--bagaimana aku bisa pergi darinya?"



Lalu mereka tersenyum, berdansa dan berlalu.



Tapi aku tahu ada permainan yang lebih baik.

Aku akan jadi ombak dan engkau pantai asing.



Aku akan bergulung dan bergulung, menghempas

dalam pangkuanmu dengan riang dengan tertawa.



Dan tak ada seorang pun di dunia

yang tahu dimana ada kita berdua.





* Dari The Crescent Moon, syair ke-14 (Clouds and Waves).