Tuesday, December 30, 2003

HARI INI TAK ADA LAPORAN DARI ACEH *

HALO! Ya, di sini Kutaraja.



TAPI hari ini tak ada peristiwa yang layak dilaporkan.

Tak ada. Memang, tadi ada suara berondongan senjata

yang mual-mual lalu muntah peluru. Ada juga suara orang

tertembak. Ya, semacam itulah. Tapi sesudah itu sungguh

hanya ada sepi. Sepi yang membekas pada lubang peluru yang

menembus huruf Z pada papan pengumuman ZONA DAMAI,

di tepi jalan yang lengang setelah dilalui panser dan tank,

sepi yang menggigil di redam jam malam.



HALO! Ya, masih di sini. Di Kutaraja.



TAPI, hari ini masih tidak ada berita. Memang, tadi ada

lagi yang tertembak. Tentu saja luka. Tentu saja ada darah

panas yang tumpah. Tapi, setelah itu segera saja dingin

merembes ke tanah. Tewas? Mungkin saja. Tapi, nanti saja.

Kita pastikan jumlahnya. Memang tadi ada beberapa yang

terkapar lalu diselimuti dengan kain spanduk CoHA

(Kesepakatan Penghentian Permusuhan). Memang tak jelas lagi

terbaca tulisannya. Merah huruf merah darah terbancuh jadi

bercak-bercak bahang, lalu hanya amis yang mengeja udara.



HALO! Ya, masih di sini. Di Kutaraja.....



Mei 2003



* Puisi yang kutulis ketika Darurat Militer dimulai di Aceh, dan selama sebulan, setiap pagi aku menelepon Iwan B Mohan wartawan di surat kabar kami yang meliput di sana. Kabar duka cita Ersa Siregar tiba-tiba mengingatkanku dan membimbing aku kembali untuk membaca puisi ini.[HAH]