di punggungku batu: 
kau tak kuharap percaya 
aku menyebutnya 
sebagai rindu.
dari puncak gunung sepiku, 
kuturuni hujan itu, 
di punggungku batu: 
kau tak kuminta percaya 
aku menyebutnya 
sebagai rindu.
ada yang sempat kupetik, 
senyummu debu di dedaunan, 
di punggungku batu: 
kau tak kupaksa percaya, 
aku menyebutnya 
sebagai rindu.
hingga deras sungai 
yang meminta, batu itupun 
masih di punggungku, 
kupeluk kudekap bersama 
hujan yang mengepung.
aku menggigil: 
kau mungkin mau tak percaya, 
aku menyebutnya 
sebagai rindu.
Des 2003
seperti puisi membatu di punggungmu
sajak Nanang Suryadi
mungkin 
engkau 
menyebutnya 
rindu 
aku 
percaya 
seperti 
puisi 
yang 
membatu 
di atas 
punggungmu 
itu.
* Sajak Nanang dipungut dari buku tamu situs ini. 
pembaitan diselenggarakan oleh HA.