KESEPIAN dan kesendirian itu, akhirnya
mengerti-menyerah di hadapan Onghokham.
Mereka lalu melangkah, beriringan ke sebuah
sejarah: ke ujung-ujungan akar peristiwa,
ke kelok-kelokan cabang kejadian, ke
lapis-lapisan lingkar batang kehidupan, sampai
ke tempat yang tak tersampaikan oleh hidup
yang - ah, itu ternyata - cuma sebentar!
Dan daun-daunnya berguguran, di halaman,
- ini seperti bait sajak penyair malas -
tak hirau pada lelaki tua yang berdiri
dengan tangkai sapulidi dan korek api.
Kesepian dan kesendirian, bukan abu itu,
buka asap itu. Ia menggetah mentah, dan
nanti matang, diperam, dalam novel Pram.