1. Buat Apa Punya Dua Telepon Genggam?
AKU bertanya padanya begitu.
Dia jawab, "Aku ini sering kesepian. Kalau aku kesepian aku akan menelepon diriku sendiri dari nomor yang satu ke nomor lainnya, supaya aku tidak kesepian lagi."
2. Kuburkan Aku Bersama Telepon Genggamku
BEGITULAH dia meninggalkan wasiat. Anak-anaknya tidak setuju, kecuali si bungsu yang masih belajar di sebuah pesantren. Beberapa malam setelah pemakamannya, si bungsu menerima telepon darinya. "Kirimi aku pulsa," katanya. Si bungsu menjawab, "Tidak bisa, Pak. Ingat kalau manusia mati, putuslah semua amalnya kecuali tiga perkara: ilmu yang berguna, sedekah zariah, dan doa anak yang saleh." Lalu, si bungsu menutup telepon. Sejak itu, dia tak pernah lagi menelepon.
3. Nomor Telepon di Batu Nisan
DIA mati. Dia dikuburkan. Di batu nisannya, di sebelah namanya, ada nomor telepon. Seorang peziarah menelepon nomor itu. Seorang perempuan dengan suara terlatih petugas pelayanan pelanggan menjawab, "P.T. Nisan Mati Abadi di sini, ada yang bisa kami bantu?". Si peziarah yang menelepon tadi memutuskan sambungan telepon sambil menggerutu, "di mana sih saya bisa bebas dari kepungan iklan!"
4. Dia Kehilangan Telepon Genggam
DIA kehilangan telepon genggamnya. Telepon genggamnya juga kehilangan dia. Dia dan telepon genggamnya, di tempat masing-masing, ingin sekali saling menelepon. Mereka ingin sekali saling menanyakan kabar dan saling memberitahukan di mana mereka masing-masing berada agar bisa saling menemukan: dia menemukan telepon genggamnya, telepon genggamnya menemukan dia.
5. Kenapa Kau Jual Telepon Pintarmu Ini?
"KARENA dia terlalu pintar," katanya, "Sejak memilikinya banyak kejadian aneh kualami. Tiba-tiba saja ada petugas mengantar pizza, ayam goreng, air galon, petugas laundry, ambulans, pesanan peti mati, padahal aku tidak menghubungi mereka."
"Jadi siapa yang menelepon?" tanyaku. Jawabnya, "Ya, siapa lagi kalau bukan telepon pintar yang terlalu pintar dan kadang-kadang sok pintar ini!"