Friday, January 13, 2006

[Ruang Renung # 131] Menaklukkan Perkara Bentuk

ADA baiknya kita menulis puisi yang tak bebas. Pantun misalnya. Atau soneta. Atau ghazal, atau bentuk sajak apa pun yang kita tahu, kita kuasai, dan membuat kita ada gairah untuk berkreasi kata dengan bentuk itu.

BUAT apa? Tantangan puisi berbentuk tetap itu beda dengan puisi bebas. Kita jadi lebih selektif dengan kata, lebih berupaya keras untuk memilih, menyusun, sebelum kita puas dengan hasil puisi tak bebas yang kita susun itu. Jika kita berhasil mengatasi permasalahan bentuk itu, maka ketika lain waktu kita ingin menulis sajak yang bebas maka kebebasan itu benar-benar terasa lebih. Tapi pada puisi bebas pun kita tetap harus berupaya keras untuk memilih, menyusun dan mengolah kata-kata, kan?

YA, ada baiknya kita menulis puisi yang berbentuk tetap. Paling tidak kita jadi mengenali dulu, membaca dulu, mengerti dulu agar bisa menaklukkan dan membereskan perkara 'bentuk' itu. Nah, siapa tahu dalam proses penaklukan dan pemberesan itu kita menemukan hal lain, hal yang puisi, hal yang bukan perkara bentuk saja.

Jadi, cobalah menulis dengan bentuk-bentuk sajak yang tetap itu.