Wednesday, January 18, 2006

Lehermu Batang Getah, Aku Menoreh Darah

BERIBU pada semak belukar, berayah di hutan berular,
    Kita lahir sungsang, saat bara memanggang kemarau.
       Anak yang jauh dihalau asap, melenting tanpa sayap.

Hingga bertunas nafsu, di jantan tubuhku terajah tubuhmu,
    Relung guha, lekuk muara, miring tebing, ujung gunung,
       mata angin utara. Tanpa peta, apa yang tak fasih kubaca?

Ya, ya, bahkan sarang paling rahasia pun telah kaubentang,
    ke mana aku pulang, ketika aku mengganas jadi binatang.
       Sehabis seharian, lelah mengusir pemburu yang datang.


SUNYI paling kering, pernah kita simpan pada keras angin.
    Kau kirim nyanyi langit, aku menari, menyerentaki gerak bumi.
       "Oi, beri kami yang kau simpan. Apa yang kau rahasiakan."

Sehutan daun kaku mengeras, lalu ikhlas luruh menderas
    Jalan ke rumah lingailah. "Kau masih sempat menebas..."
       Lehermu batang getah, subuh basah, aku menoreh darah