TANYA: Assalamu'alaikum. Saya penikmat puisi ...[bagian ini diedit, :-)]. Ingin sekali bisa mencipta puisi-puisi seperti itu tapi tak pernah bisa. Omong-omong, menurut Anda, seniman (sastrawan) itu dilahirkan atau bisa diciptakan, ya? Kalo saya ingin melatih kepekaan rasa untuk bisa mencipta puisi-puisi seperti itu, harus mulai dari mana? Sekali lagi salut. Wassalam.(Email dari Fuad di sebuah tempat)
JAWAB: DALAM diri setiap manusia ada jiwa penyair yang keburu mati muda. Kalimat itu saya kutipkan dari Sainte-Beuve alias Charles Augustin (1804–1869). Dia adalah pakar sejarah sastra Prancis dan perintis seni penelaahan sastra melalui pandangan psikologi dan biografi.
    Kematian sang penyair dalam diri setiap manusia saya kira tak perlu ditangisi. Tidak semua orang harus jadi penyair. Dan saya percaya dalam hal ini ada reinkarnasi. Jadi walaupun dalam dirimu kau rasa telah mati si penyair itu, maka bangkitkanlah ia. Hidupkanlah ia. Kau bisa melakukan itu. Sampai ia kembali bernafas dan menjadi bagian dalam dirimu.
    Upaya menghidupkan itulah yang kau katakan dengan "melatih kepekaan rasa". Kepekaan rasa itu perlu buat siapa saja, bukan hanya manusia yang ingin menghidupkan lagi sosok penyair dalam dirinya. Tujuannya melatih rasa itu bukan hanya agar kau bisa menghasilkan puisi-puisi. Rasa yang peka perlu dihadirkan dalam diri manusia agar ia bisa menghayati hidup dengan lebih kaya. Puisi bisa jadi jalan dan alat untuk melatih rasa itu, bisa juga menjadi hasil dari rasa yang peka itu, juga bisa menjadi buah dari penghayatan atas hidup itu.
    Tapi, mulai dari mana? Nah, percakapan ini sudah berupa permulaan. Nanti kita sambung lagi.[]