Monday, January 9, 2006

Rayuan Syair Bernama GHAZAL

AKU bertemu dengan jejak ghazal. Bentuk syair yang banyak ditulis di Persia, India, Pakistan. Biasanya dalam bahasa Arab dan Urdu, serta Parsi. Ghazal sendiri adalah kosakata Arabia yang berarti berbincang dengan atau tentang, wanita. Dulu, memang Ghazal semacam syair rayuan tampaknya. Tapi kini, tema apapun bisa ditulis dalam bentuk itu.

Ghazal bukan bentuk puisi bebas. Ada aturan-aturan yang sepertinya asyik juga dicoba untuk memperkaya khazanah perpuisian kita.

Definisi klasik dari bentuk Ghazal adalah kumpulan shers (sajak dua bait yang masing-masing berdiri sendiri), yang patuh pada aturan beher (ukuran panjang dari dua bait dalam satu sher, yang harus sama panjangnya), matla (sher pertama dalam setiap ghazal harus berakhir dengan kata yang sama dengan radif), maqta (nama alias si penulis yang disebut di dalam - paling tidak - sher terakhir. Jalaluddin menyebut diri RUMI dalam ghazalnya, Mirzha Ashaluddin Khan menyebut dirinya Ghalib), kafiya (irama kata sebelum radif yang berirama sama) dan radif (satu kata yang sama pada akhir kalimat dalam baris ke dua dalam tiap sher).

Saya menjajal juga bentuk ini. Nikmatilah.

Syair Rindu, Ghazal Hujan

maka kusalinlah garis-garis hujan
ke dalam baris syair, ghazal hujan

engkau yang riang menyanyikan dingin
mengulang refrain, hingga tinggal hujan

engkau yang muram mengurung murung
merintih nafas, lalu suara sengal hujan

di ujung setiap gerimis: siulan angin
siapa hati kanak tak mengigal hujan

buah-buah jatuh, lebah kupu meneduh
dalam genang kenang, sepenggal hujan

jiwaku, ada yang tak pernah basah padamu
sesak berjejal (tak terurai) dalam sesal hujan


Sebuah Rumah: Sebuah Ghazal

ari-arimu, anakku, kutanam di halaman rumah
dekat tidurmu, sebelum kau tinggalkan rumah

dua tahun mengumpulkan coretan-coretanmu
lelah redam di dinding, hangat pelukan rumah

tak ada kursi ruang tamu: hanya halaman buku
yang singgah yang lewat, dalam catatan rumah

39 mujair dan nila mengecupi lumut dan waktu
pertunjukan rindu di kolam kecil halaman rumah

tak putus berbunga 2 rumpun pisang helikonia
warna itu: lagu mewujud dalam nyanyian rumah

wahai Jiwaku, hijaukan rimbunkan tumbuhmu
dalam kasih menghumusi & disuburkan rumah