Friday, September 17, 2004

Suatu Senja, Suatu Pattaya

Dia datang ke Pattaya sebagai nelayan keletihan, sia-sia berlayar

lautnya diogahi ikan-ikan, jaringnya dikoyak-koyak ombak liar.

Kantuk telah sampai ke kakinya. Masih dicari-carinya: sebuah pelatar

tempat senja datang, dan dia duduk menggambar, perahu turun layar.

Dia datang ke Pattaya sebagai nelayan lelah. Kepada dongeng menyerah,

"Nenek moyangku orang pelaut. Direnggut maut." Menderas arus darah.

Peta samudera di tubuhnya memang belum lengkap. Artinya: dia belum kalah.

Tapi, pantai cuma menjual bikini, di sini. Ombak banci. Tombak tak lagi terasah.

Dia datang ke Pattaya sebagai nelayan sendiri. Kapal kandas dalam tualang

malam hari. Hujan hanya turun tak peduli apa yang dibasahi. Nyiur di sepanjang

pantai tak melambai. Tak juga bisik raja kelana. Tanah air? Ujarnya, "Hilang!"