Monday, September 13, 2004

Mobil Boks Kelewatan

: Teror 9/9



Rasanya pernah kulihat mobil boks itu lewat,

di depan kantor polisi, waktu aku lagi ngurus SIM

yang sudah lama mati. "Lihat, teroris lewat!" begitu

kalimat yang tak sengaja saja kusebut. "Oh, mereka mau

ngopi sama polisi," sahut orang di sebelahku, dia yang

lagi lapor kehilangan KTP. "Tenang, Pak. Situasi

menjelang pemilihan presiden sedang aman terkendali,"

kata Mas Polisi, mengutip kata-kata yang nyaris basi.



Sepertinya pernah kulihat mobil boks itu lewat,

di depan pusat perbelanjaan. Aku waktu itu sedang

mencari bacaan. Eh, malah beli puzzle alias permainan

susun ulang, bergambar 2.000 potongan tubuh.

"Lumayan, buat tebak-tebakan di pos perondaan,

daripada teledor kecolongan," kataku waktu

membayar ke kasir yang menghitung harga

dan uang kembalian, sambil kelupaan memberikan

senyuman. Kasihan. Keletihan.



Kayaknya pernah kulihat mobil boks itu lewat,

di sebuah kos-kosan. "Ngangkut apa, Mas Teroris?"

kataku bertanya sekenanya. "Ini sulfur dan TNT.

Buat bikin ledakan, di kantor kedutaan. Tapi,

jangan bilang-bilang, ya. Nanti nggak lagi jadi kejutan,"

ujar Mas Supir sambil menurunkan barang belanjaan.



Lalu, sumpah mampus! Aku sekarang tak ingin

melihat mobil boks itu lagi. Aku ingin situasi yang

aman dan terkendali bukan lagi basa-basi. Aku tak

ingin main tebak-tebakan. Aku tak ingin kejutan.

Tolong. Aku tak main-main, kuminta hentikan

main-main kalian. Bercanda kalian. Keterlaluan kalian.