Begitulah, lelaki itu melaksanakan hidupnya.
"Telepon genggam diciptakan agar
sempurna sejumlah kebohongan," begitu selalu
diucapkannya kepada dua telepon genggam
terbaru yang jadi andalannya, yang ada kameranya
sehingga dia pun sukses memacari
beberapa perempuan sekali jalan.
Begitulah, lelaki itu menyelenggarakan hidupnya.
Dua telepon genggam kesayangan
tak pernah ketinggalan. Waktu jalan-jalan,
atau sekadar tidur-tiduran, telepon genggamnya
siap menerima panggilan. Dia suka memotret
suara dusta yang macam-macam warnanya.
Dia pun siap dengan serangkaian cerita karangan,
sebagai pilihan jawaban kalau salah satu pacarnya
bertanya, "Kamu dimana, sayang? Lagi ngapain?
Kamu kangen aku nggak?"
"Komunikasi itu penting banget, tapi
kebohongan jauh lebih penting," ujarnya.
Pada suatu malam, lelaki itu tidur nyenyak sekali.
Ngoroknya, bikin ringtone jadi ngiri. Nyaring sekali,
dua telepon genggamnya tampak saling mendekati,
lalu bisik-bisik seperti mengatur runding serius sekali.
Keesokan harinya, sang lelaki heran. Teleponnya
tiba-tiba jadi ngawur. Maksudnya mau bilang
"Hai, Sayang!" kepada pacar yang A, eh malah nyambung
ke yang B. Mau kirim SMS ke pacar simpanan yang C, lho
kok malah dibalas sama gandengan yang D. "Waduh,
pasti ada sabotase, nih! Telepon tak bisa lagi dipercaya,"
ujarnya putus asa.
Akhirnya, dengan kecewa, dia pergi ke toko telepon genggam
langganannya. Lalu dijualnya kedua telepon model
terbaru yang jadi andalannya itu. "Saya mau barter dengan
telepon model lama saja. Yang jujur dan bersahaja...."
"Waduh, kalau yang model seperti itu nggak ada lagi, Bos!
Sudah langka," ujar si penjaga toko. Betapa masygulnya.
Padahal dia tidak tahu, si penjaga toko telah pula menipunya.