Friday, September 17, 2004

Seorang Lelaki dan Dua Telepon Genggam

Begitulah, lelaki itu melaksanakan hidupnya.



"Telepon genggam diciptakan agar

sempurna sejumlah kebohongan," begitu selalu

diucapkannya kepada dua telepon genggam

terbaru yang jadi andalannya, yang ada kameranya

sehingga dia pun sukses memacari

beberapa perempuan sekali jalan.



Begitulah, lelaki itu menyelenggarakan hidupnya.



Dua telepon genggam kesayangan

tak pernah ketinggalan. Waktu jalan-jalan,

atau sekadar tidur-tiduran, telepon genggamnya

siap menerima panggilan. Dia suka memotret

suara dusta yang macam-macam warnanya.

Dia pun siap dengan serangkaian cerita karangan,

sebagai pilihan jawaban kalau salah satu pacarnya

bertanya, "Kamu dimana, sayang? Lagi ngapain?

Kamu kangen aku nggak?"



"Komunikasi itu penting banget, tapi

kebohongan jauh lebih penting," ujarnya.



Pada suatu malam, lelaki itu tidur nyenyak sekali.

Ngoroknya, bikin ringtone jadi ngiri. Nyaring sekali,

dua telepon genggamnya tampak saling mendekati,

lalu bisik-bisik seperti mengatur runding serius sekali.



Keesokan harinya, sang lelaki heran. Teleponnya

tiba-tiba jadi ngawur. Maksudnya mau bilang

"Hai, Sayang!" kepada pacar yang A, eh malah nyambung

ke yang B. Mau kirim SMS ke pacar simpanan yang C, lho

kok malah dibalas sama gandengan yang D. "Waduh,

pasti ada sabotase, nih! Telepon tak bisa lagi dipercaya,"

ujarnya putus asa.



Akhirnya, dengan kecewa, dia pergi ke toko telepon genggam

langganannya. Lalu dijualnya kedua telepon model

terbaru yang jadi andalannya itu. "Saya mau barter dengan

telepon model lama saja. Yang jujur dan bersahaja...."



"Waduh, kalau yang model seperti itu nggak ada lagi, Bos!

Sudah langka," ujar si penjaga toko. Betapa masygulnya.

Padahal dia tidak tahu, si penjaga toko telah pula menipunya.