:: Jalan jatuh ke nestapa lebih ringkas daripada jalan menjauhinya ~ Tomas Tranströmer
APIKAH tubuhmu? Duhai, anjing bermata tungku? Seperti telah kau hanguskan aku di situ. Karena akulah darah berdaging itu, sajak segar itu, kusembelih sendiri domba muda di leherku. Karena akulah lapar yang lupa, di buas taring-taringmu, hingga tinggal aku sekoyak tulang, putih telanjang.
*
Marah dan kesepian, adalah sekutu dua pasukan, bersiap pada satu peperangan. Aku lawan yang tak siap dengan pertempuran, cuma sajak pedangku, maka aku akan kalah amat telak - tapi amat berbahagia - karena aku akan mengungsi ke hatimu, wilayah asingku itu.
*
Kau regang busur, memanahkan tangkai mawar, harum luka yang padaku menghambur. Kau liar perdu, meracunkan embun, menyuntikkan getah mentah, ke parah barahku. Kau mekar duri, menyeribukan tajammu, memperparah perih di tiap buka lukaku.
*
Aku disembuhkan oleh kepedihan. Aku terhibur oleh kesedihan. Tapi, hatiku tak sedang pedih dan sedih. Hatiku hanya kosong, bait sajak yang harus berkali-kali harus kurombak lagi, dan seberapa menakutkankah itu bagimu? Duhai, mawar yang gerimis? Duhai, musim yang cengeng?
*
Aku air, menerjunkan waktu, ke bunga-batu. Kau kupu-kupu yang amat terburu-buru , lari dari kepompong, dari mimpi ke mimpi sendiri. Aku air, mengabutkan sajak, di patahan tanah, kau liar liana, ingin sekali bisa merambatkan angan di gigil udaraku.