/1/
"Jika ingin mengerti rahasia malam,
jadilah tukang jahit selimut," katanya.
"Jika ingin memahami hakikat dingin,
jadilah tukang jahit selimut," katanya.
/2/
Lelaki itu hidup sendiri. Hanya sendiri.
Terlebih sendiri bila alam sudah berselimut malam.
"Tuhan itu Maha Penjahit. Selimut
malamnya, sedikit pun tak pernah
kusam, sedikit pun tak pernah koyak,"
katanya menyebutkan kearifan yang ia hayati,
setelah bertahun-tahun menjahitkan
beratus-ratus selimut pesanan.
"Tapi siapa yang memesan malam,
Wahai Lelaki Penjahit Selimut?"
dia suka bertanya begitu, ketika
sesekali waktu, sesuatu malam dia
tak bisa memejamkan mata tuanya.
/3/
Lewat selimut dia menghayati apa maunya Tuhan.
"Pak Penjahit Tua. Tolong buatkan selimut untuk
bayi kami, yang sebentar lagi lahir dari rahim
istri saya. Selimut paling istimewa, bersulam
nama kami dan nama yang hendak kami beri
untuknya," ujar seorang lelaki muda yang datang
bersama istrinya yang tengah hamil tua.
Selimut itu akhirnya tak pernah dijemput si
pemesan. Meski ongkos bikinnya sudah
dilunaskan. Konon, anak yang namanya
tersulam di selimut itu, tak pernah sempat
dilahirkan. Hangatnya kematian memeluknya
erat tak terlepaskan. Selimut yang sudah
disiapkan, tak pernah sampai ia perlukan.
/4/
Lewat selimut dia memaklumi misteri manusia.
"Ini selimut yang dulu pernah Anda jahitkan,
utuk malam pertama kami. Selimut Perkawinan,"
kata seorang lelaki padanya. Sambil menyerahkan
sebuah selimut yang tentu saja ia masih ingat,
corak dan pola jahitannya. "Ambillah saja,
Pak Penjahit Tua. Simpankanlah untuk saya.
Saya tak sanggup lagi melihatnya, saya
tak juga tega membuangnya, sejak kutemukan
istriku bersama lelaki lain di balik selimut itu."
/4/
Lewat selimut pula, dia melihat ke balik kematian.
Ketika itu, seorang lelaki seumur dia datang sendirian,
setelah salam diucapkan, lelaki itu menyampaikan niatan.
"Tolong dirombak, selimut putih ini jadi kafan. Saya
ingin memastikan, kelak saya tetap merasa tentram di kuburan.
Soalnya, selimut inilah yang paling setia menjadi teman,
sepanjang hidupku sehingga kini, sehingga aku merasa
sebentar lagi dijemput kematian. Tolong diihtiarkan..."
/5/
Lelaki Tua Penjahit Selimut, wahai, dengan
apakah kau hangatkan dingin tidurmu sendiri?
Selimut kegemarannya adalah sebuah selimut
yang ia jahit dari kain perca. Selimut yang disusun
dari ribuan lembar kain selebar telapak tangan.
"Setiap potongan sisa kain, menyimpan sebuah cerita.
Sebagaimana catatan harian. Seperti jurnal kehidupan,"
ujarnya sambil saling berdekapan
dengan selimut yang ia kasihi.
/6/
Jika ingin memahami hakikat selimut,
cobalah telanjang di tengah dingin malam.
Jika ingin mengerti rahasia kehidupan,
meringkuklah di balik selimut terhangatmu, lalu
bayangkanlah hingga suatu saat ada yang menegurmu,
"Wahai engkau, orang yang berselimut..."