Pada 1980-an, penyair Darmanto Yatman pernah ngomel tentang para “penyair cret”: para penyair yang begitu dapat ilham, begitu merasa sedang jatuh cinta atau patah hati atau marah, langsung begitu saja menulis puisi, dan puisi yang ditulis begitu saja itu dianggap telah jadi karya sempurna. Menulis seperti, maaf, mencret. Tapi si mencret itu merasa yang dikeluarkan sudah telur emas.
[ Hikmat Darmawan, Sastra tanpa Kompetisi, Situs Cybersastra]