Seni yang Hitam Muram
Terjemahan Sajak
The Black Art
Anne Sexton
Wanita yang menoreh pena, ia dikuasai rasa,
rasuk sukma, isyarat tanda!
Bahkan siklus musim dan kanak-kanak dan pulau-pulau
tak cukup juga; pun duka pelayat dan kabar dusta
dan segar sayur menggoda pun tak pernah cukup juga mengusiknya.
"Aku akan merayu bintang, aku bisa," pikirnya.
Seorang penulis, dengan di tangan pena, adalah seorang mata-mata.
Sayangku, wahai, akulah wanita itu.
Lelaki yang menoreh pena, ia memuja duga
seperti sihir dan pukau mantera
Bahkan ketika ereksi dan debat kongres dan benda-benda
tak pernah bisa cukup; bahkan mesin dan perahu-perahu purba
dan perang pun tak pernah cukup memaling wajahnya.
Dengan perabot kayu bekas, pohon hendak diciptanya.
Seorang penulis, dengan di tangan pena, adalah seorang pendusta
Kekasihku, wahai, engkaulah lelaki itu.
Cinta, tak pernah sunyi sendiri hanya untuk kita,
benci itu bahkan hingga ke sepatu dan topi-topi kita,
kita saling mencinta satu sama lainnya, indahnya, mulianya.
Cahaya teduh dan biru di tangan kita,
Kejujuran sungguh dan penuh di mata kita.
Tapi ketika kita ijabkabulkan perjanjian
kanak-kanak terbiar pada kemuakan.
Terlalu banyak santapan dan tak ada yang membiarkan
melahap habis, kengerian yang melimpah meluap.
The Bed Art
(seni yang di pembaringan)
Yono Wardito
lelaki yang memamah pena, ia tak tahu rasa
busuk gulma, syarat tanda!
bukan siklus musim dan kanakkanak dan pulaupulau
tak kuncup jua; pun duka menyayat dan debar dusta
getar guyur tergoda pun tak pernah cukup juga mengikisnya
"aku akan selaju kumbang, aku bisa" pikirnya
seorang penulis, dengan ditangan pena, adalah seonggok katakata
sayangku, wahai, akulah lelaki itu
wanita yang memamah pena, ia menghujat durga
seperti kilir dan sakau lentera
ketika orgasme dan debat kongres dan bendabenda
tak pernah bisa cukup; bahkan mesin dan perahuperahu durja
perang pun tak pernah cukup mencuri wajahnya
dengan godot kuyu bongkas, pohon tak diciptanya
seorang penulis,diselangkangan pena, adalah seorang pendusta
kekasihku, wahai,engkaulah wanita itu
cinta, pernah mencuri sendiri atas nama kita
benci itu bahkan hingga menjadi benalu puisipuisi kita
kita tak saling mencinta satu sama lainnya, nikmatnya, terkutuknya
cahaya subuh dan kelambu diatas tubuh kita
kebohongan tumbuh dan sungguh dimata kita
ketika kita ijabkabulkan perselingkuhan
katakkatak berhambur pada kenikmatan
terlalu sedikit sarapan dan ada yang menyiarkan
kumuntahkan habis, kenikmatan yang melimpah menguap.
Note: Puisi ini dikopi dari milis penyair (18/4). Dengan tambahancatatan: Sorry, Bro, he he he!
The Bitch Art
(seni melacur)
Randu
lelaki yang memamah malam, merontokkan surga
berkelip di atasnya tak terjamah rasa
meniadakan siklus diri,
melebur bersama kanak-kanak yang melahirkan musim
dari tapak-tapak mereka
perempuan yang menyetubuhi malam, meliuk atas nama surga
liur yang menetes semata selembar keyakinan
hidup adalah butir-butir depresan tuk melupakan luka
tak pena mencatat sejarahnya, tak ada rekam memajang lenguhnya
cinta yang menginjak malam, mengutuk surga
sayap-sayapnya rapuh terlalu lama berterbangan
seperti capung di lingkung tanda
tak ada yang akan turun dari surga, selain hujan
tak ada yang tersisa di surga, selain hujan.
Note: Puisi ini dikopi dari milis penyair (18/4).