Wednesday, April 13, 2011

[Tadarus Puisi 038] Maut dari Mata Monyet

RONGGENG MONYET
Sajak Goenawan Mohamad

Mungkin hanya dia yang tak tahu
apakah kematian itu;
seekor monyet kecil duduk
di atas kuda kayu,
di tepi jalan, bergoyang
tak putus-putusnya.

Tapi anak yang memegang ujung rantai pengikat itu tahu.

Semalam ia lihat Maut melintas,
di kardus-kardus di bawah jembatan.

Dan di sisa tikar, lelaki penyanyi
yang terbaring dengan sakit dada itu
melambainya.

Kematian, Nak, kata pengamen itu,
adalah suara pelan
yang sebenarnya ramah.
Dan aku tak punya pintu;
tak akan kukatakan, Tuan, jangan ganggu.

Tapi mungkin Maut lelah. Ia menghilang.

Meskipun dua sore kemudian, ketika hujan turun dengan badai,
dan dahan-dahan akasia kota patah, serentak,
seakan-akan cahaya petir menebasnya, ia kembali.

"Kita berkemas'" katanya.
Dan ia panggul si anak dan monyet kecil itu berlari
ke emper toko kaca.
"Kau akan masuk ke dalam cermin'" terdengar suaranya.

Tak lama kemudian monyet kecil itu pun melepas diri:
dari rantai. Ia Duduk di atas kuda kayunya,
melambaikan tangan.

Ia sendirian.

2011

Ini sajak ah lagi-lagi maut. Tak apa kan? Dlm upaya kita mengerti dan menghayati hidup, kita dipukau maut, yaitu ketika hidup selesai. Sajak ini, lagi-lagi unik, dan karena itu bernilai ia, karena maut ditinjau dari seekor monyet! Ada-ada saja kau, Penyair.

Lihat bagaimana keutuhan sajak dijaga. Kehadiran monyet dan kuda kayu terasa di awal hingga ke akhir sajak. Keutuhan terkawal. Di sisi lain, sajak harus membangun kepelikan. Karena utuh sajak memesona, karena pelik sajak menggoda ditelusuri.

Peristiwa dirangkai, dialirkan lancar, menjadi perlambang, menyarankan makna, atau pesan yang diinginkan ada. Maut, bukan tema yang baru. Menulis tentangnya, penyair dihadang tanya: kau mau omong apa lagi? Eh, tapi penyair yang baik selalu punya cara baru untuk itu. Ia memburu dan menciptakan itu.


Kenapa kita mudah terpukau pesona sajak pendek? Karena dia utuh! Makin panjang sajak keutuhan bisa jadi korban! "Ronggeng Monyet" tentu punya dua hal itu: keutuhan dan kepelikan! Ada lompatan, patahan dan tabrakan peristiwa. Meninggalkan kosong yg minta diisi.[]