Wednesday, April 6, 2011

[ Kolom ] Siapakah Hardi S Hood?

Oleh Hasan Aspahani

SIAPAKAH Hardi S Hood?  Pertama saya harus sebutkan bahwa dia adalah seorang kawan yang baik. Ah, tak sopan sebenarnya menyebutnya sebagai kawan, dia adalah abang yang baik. Sebagai kawan dia enak diajak berdiskusi.  Pikiran-pikirannya jernih, analisanya terhadap peristiwa aktual selalu tajam, dan yang menyenangkan adalah dia selalu menyampaikan dengan balutan humor yang segar. Dengan senjata humor itu, sepertinya, baginya tak pernah ada masalah yang terlalu berat dan tak bisa diselesaikan. Bukan, dia bukan orang yang tak serius. Dia sangat serius.  Selera humornya tak pernah bisa menutupi kadar intelektualitasnya.

Sebagai abang, dia bisa diandalkan. Dia selalu membantu di saat diperlukan. Dia bisa diandalkan pada saat-saat saya memerlukan bantuan mendadak, sesuatu yang sesungguhnya samat jarang saya lakukan.  Saya semakin lama semakin segan, untuk minta bantuan padanya, karena saya yakin terhadap orang lain pun dia akan begitu. Betapa repotnya dia. 
  


*

Siapakah Hardi S Hood? Dia adalah narasumber yang bermutu dan dapat diandalkan untuk mendapatkan komentar hebat menanggapi isu-isu lokal.  Hubungan kami terjalin pada awalnya dengan posisi kami masing-masing sebagai jurnalis dan narasumber.  Isu-isu hangat bisa ia tanggapi dengan baik.

Dan, baiklah, saya akan buka pengakuan tentang sebuah ‘skandal’ di antara kami.  Karena sudah demikian percaya, maka Hardi suatu hari pernah bilang, “kalau perlu komentar, awak tulis aja, pakai nama aku! Tak perlu wawancara,”  katanya.

Tentu saja saya tak boleh seceroboh itu. Saya selalu berusaha menghubungi dia di saat genting perlu narasumber dan saya jelaskan bahwa saya perlu dia untuk mengomentari suatu hal. Tapi, tetap saja, esok hari dia mengaku terkaget-kaget dengan ‘pendapatnya sendiri’ yang terpampang di koran saya. Kemewahan seperti ini tentu tak boleh saya gunakan sering-sering karena hanya akan menjerumuskan saya menjadi wartawan yang malas.  Ini bukan pemelintiran. Ini, ya itu tadi, adalah hubungan dengan tingkat kepercayaan tinggi di antara kami.

Saya akrab dengan dia, ketika perjuangan pembentukan provinsi Kepri sedang di puncak ombaknya.  Dia bukan tokoh sentral, tapi selalu berada di tengah pusaran peristiwa. Dia bukan aktor utama, tapi selalu menjadi saksi dan berada tepat di tengah-tengah kejadian penting, yang kelak akumulasinya membuat mimpi pembentukan provinsi Kepri terwujud.

Dialah ketua Badan Penyelaras Pembangunan Kepulauan Riau (BP2KR). Begitulah provinsi ini disiapkan. Kala itu sebuah lembaga sudah dibentuk untuk memikirkan bagaimana kelak pembangunan provinsi ini dibangun.  Saya ingat, BP2KR pernah bikin seminar dengan pembicara tokoh-tokoh hebat, dan kala itu kartun-kartun saya tentang pembentukan Provinsi Kepri  ikut dipamerkan.

*

Siapakah Hardi S Hood? Nah, ini yang hebat,  dia adalah kolomnis. Dan ini harus ditulis dengan garis bawah tebal.  Menulis bukanlah pekerjaan popular di masyarakat kita.  Menulis adalah ‘momok’ yang harus dihindari dan ‘musuh’ yang harus diusir.  Di tengah langkanya kebiasaan menulis itu, Hardi hadir sebagai penulis yang baik. Ini harus membuat iri para tokoh-tokoh kita. Sebagai orang yang hidup-mati dan cari makan di dunia tulis-menulis, saya membayangkan dan mendorong  semakin banyak orang menulis. Karena apa? Karena dengan begitulah peradaban terdokumenkan dan terabadikan.

Tulisan-tulisan kolom Hardi, menyosokkan dengan baik siapa dia: cerdas, realistis, taktis dan masuk akal. Dan semuanya itu kemudian ditampilkan dengan ruh humor yang kental, tanpa harus jatuh menjadi lelucon murahan, dengan kemampuan berbahasa yang harus dipuji. Ia menguasai dan bisa asyik bermain-main  dengan kata-kata untuk mencapai makna yang hendak ia sampaikan dalam tulisan-tulisannya.

Maka, di kolom-kolomnya kita bisa membaca dan tersenyum pahit membaca bagaimana ulah tim sukses, permainan undi nomor urut, kerepotan menghadapi serangan proposal, dan peristiwa-peristiwa nyata yang terjadi di jagad politik lokal. Hardi sangat tahu dan menguasai bahan tulisannya sebab dia mengalami sendiri lewat tangan pertamanya. Dia pernah menjadi pengganti Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Batam , ketika lembaga itu dirundung masalah. Dia pernah menjadi  calon bupati, dia pernah dijagokan jadi ketua salah satu partai besar, dan disebut-sebut pula namanya sebagai calon walikota Batam.

Kolom-kolomnya itulah yang dibukukan dalam “Menang Menanggung”. Sebuah buku yang dengan baik mencatat kilasan permenungan, pemikiran, olok-olok, dan kerisauan seorang Hardi S Hood, tentang dinamika politik lokal yang  sebagian besar ia rekam sendiri, langsung dengan mata kepalanya.

Kami pernah berdiskusi soal peluang dia menjadi ketua partai. Dia bilang, “kalau tak maju kita bukan takut kalah. Kalah sudah biasa, tak terkejut lagi kita. Kalau menang kita baru terkejut,” katanya. Perhitungannya mudah, kalkulasinya sederhana.  Kelak, memang seperti yang ia bayangkan itulah yang terjadi.

*

Siapakah Hardi S Hood?  Dia adalah ketua Dewan Pendidikan Kota Batam. Pendidikan adalah bidang yang mendapat banyak perhatiannya.  Di sekretariat  Dewan Pendidikan, kepada saya dia pernah memaparkan bagaimana guru-guru seharusnya bisa disejahterakan dan bisa karena itu bisa tunak mengajar dengan baik.

Ia banyak mengunjungi  negara-negara jiran dan belajar bagaimana pendidikan di sana diselenggarakan dengan menyelaraskan jalur resmi yang diselenggarakan pemerintah dan jalur swasta yang diupayakan oleh masyarakat.  Dia merangkum bandingan itu dan menandai banyak hal yang seharusnya bisa diselenggarakan di Kota Batam ini.

Konsep-konsep itu, serta  program yang sudah ia jalankan sebatas wewenang Dewan Pendidikan, pernah ia paparkan di hadapan Menteri Pendidikan Nasional dan sejumlah Dewan Pendidikan dari daerah lain.  “Boleh tahanlah, kita jadi contoh daerah lain,” katanya.

*

Siapakah Hardi S Hood?  Dia sekarang anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD)  mewakili Provinsi Kepri, provinsi yang ikut ia perjuangkan pembentukannya.  Nyamankan ia di lembaga yang mendudukkannya sebagai senator itu?  Tampaknya tidak.  Dia pernah bilang, lembaga itu cocok untuk orang-orang tua, pensiun, dan tak punya ambisi politik lagi. “Kalau kita ingin berkiprah di politik secara maksimal, DPD bukan tempatnya,” katanya.

Kita tahu DPD adalah lembaga ‘setengah hati’. Wewenanangnya tak sebesar ‘tetangganya’ DPR.  DPD hanya boleh mengusulkan, dan usulan itupun boleh saja diterima atau ditolak DPR.  Yang membesarkan hati dan membuat tidak jenuh, katanya, adalah kesempatan untuk melihat langsung bagaimana pelaksanaan otonomi – kata sakti yang sekarang kita harapkan bisa menjadi mantra menggerakkan pembangunan di daerah-daerah, yang diharapkan bisa mengobati kesalahan pembangunan sentralistik dahulu.

“Kalau begitu, tiap kali abang ke daerah-daerah itu tuliskanlah. Nanti saya terbitkan di koran kami,” kata saya.   Dia mengiyakan. Tapi, sampai hari ini dia belum menuliskan satu tulisan pun semasa dia menjadi senat.  Mungkin dia masih simpan, tapi saya yakin dia masih menulis dan kelak akan dia bukukan sebagai dokumen penting bukan hanya untuk kita di Batam dan Kepri, tapi juga untuk negeri ini.

:: Tulisan ini adalah pengantar untuk buku Hardi S Hood “Menang Menanggung” yang akan segera terbit.