1. Saya ingin membaca sajakmu, sajaknya, sajakku, sajak siapa saja, yang bukan penyair pun boleh turut. Artinya, kamu, dia, saya, dan siapa saja harus terus menulis sajak di tahun 2009. Jangan berhenti menulis sajak. Sajak tidak akan ada kalau kita tidak menuliskannya. Tulislah sajak yang banyak dan syukur-syukur sajak banyak itu baik.
2. Saya ingin membaca sajak yang peduli pada bahasa. Bukan sajak yang diperalat oleh penyairnya. Banyak penyair yang menunggangi bahasa lewat sajak, seolah itu ia lakukan untuk sajak, padahal dia melakukan itu untuk dirinya sendiri. Dari sajak-sajak yang demikian itu sajak dan bahasa tak dapat apa-apa. Hanya tertimpa beban saja.
3. Saya ingin membaca sajak yang lahir dari keasyikan penyairnya mencari bagaimana sesuatu diucapkan dalam sajaknya. Saya ingin penyair tidak hanya asyik pada apa yang dia ucapkan lewat sajaknya. Segala sesuatu di luar sajak sudah menyediakan bahan untuk diucapkan lewat sajak. Tugas penyair adalah mengucapkan hal itu dengan caranya sendiri, maka dia harus mencari cara yang khas, cara yang unik, cara yang asyik, cara yang Sajak.
4. Saya ingin membaca sajak yang membangkitkan gairah para kritikus. Saya percaya bahwa selama ini ketika kita merisaukan ketiadaan kritikus, maka yang pertama harus disalahkan adalah penyair sendiri. Penyair harus bertanya kenapa dia tidak bisa melahirkan karya yang menggoda kritikus, yang menggairahkan kerja-kerja kritik sastra.
5. Saya ingin membaca sajak yang memperkaya batin saya, bukan sajak yang membuat batin saya bangkrut. Saya ingin membaca sajak yang membuat saya pandai memaknainya, bukan membuat saya menyerah karena saya dibikin merasa bodoh.