Tuesday, February 18, 2003

Re: Mereply Puisi yang Belum Ditulis TS Pinang



pria gondrong itu terkekeh-kekeh bersama monitor, ludahnya berselekeh, oh nikmatnya, aku memaki dari jarak sejauh Batam-Yogya, "kau alangkah taik kucingnya", eh penyair-penyair itu bertepuk tangan: plok! plok! plok! mengira seorang penyair besar sudah mati dibunuh asep! aku mau ngadu ke nanang tapi dia sibuk mencari puisi di sela-sela tesisnya, huh pendusta! padahal aku tahu saja kalau ia malah menyiangi rindu di mata di dada kunthi, katanya sih itu kekasihnya



aku mau menyapa medi, he he tapi malu, nanti aku dimaki tak sekaliber dia, "awak nih apalah, cuma anak kampung yang belum tiga tahun di jakarta," hei hei hei heri, ajari dong aku memasak puisi, puisiku gosong, puisiku tak matang: nanti ben abel muntah menelannya. kita bisa nyanyi blues dengan lagu yang tulus, tulus? dia bisa main gitar nggak ya? tanpa gitar aku membayangkan inul ngebor dalam puisi dani



aku masih penasaran sama ninus, apa betul anak itu tak beres mengelap ingus? moyank tak tahu, dasar! dia mau beternak ayam kampung atau bebek alabio, siapa tahu bisa diinterbiu lagi sama koran malaysia, naaaah, padahal yono memaki-maki bodohnya aku, bodohnya aku! (dia tak mabuk tequila, cuma tertusuk duri kakap di sela gigi geraham bungsunya)



aku pusing gagal memposting puisi, tak ada karya afrizal tardji, mungkin pakai nama samaran kali ya? GM, halo, oom? apa kabar utan kayu? oom diajak iwank briefing nggak? aku nggak bisa ke TIM, 8 Maret nanti, soalnya besoknya aku ulang tahun, dan aku mau merayakannya di dalam liang lahat chairil, mau minta sebait puisi, supaya bisa hidup seribu tahun lagi, katanya dia juga mengundang subagio datang. Oh, alangkah puisi, alangkah puisi!



Feb2003