Saturday, March 24, 2012

[Tadarus Puisi #044] Kupilih Guling dari yang Banyak

MENGUTIP bait atau baris sajak lain di awal sajak kita sendiri, kadang bisa dengan sangat bagus menguatkan sajak kita sendiri. Kutipan sajak lain di awal sajak, bisa dengan cepat membawa pembaca ke suasana yang dimaukan oleh penyair. Sajak di bawah ini dimulai dengan satu kutipan yang kebetulan mirip sekali dengan satu baris sajak Chairil "Pembarian Tahu". Lengkapnya begini: Kupilih kau dari yang banyak, tapi sebentar kita sudah dalam sepi lagi terjaring. Sementaranya, Hyde Asmarasastra, penyair yang sajaknya kita bahas kali ini menulis: kupilih kau dari yang lain.

Tapi, sesungguhnya, bukan itu yang ingin kita bahas. Paragraf di atas anggap saja bonus. Kita ingin membahas satu bentuk sajak bernama ode. Ode adalah satu varian dari sajak liris. Ode dalam sajak klasik adalah sejenis sajak formal, sajak dengan bentuk yang tertib dan tetap. Ode dalam sajak modern, tak lagi harus terikat dengan aturan baku, tetapi bentuk batinnya tetap, yaitu berisi pujian, pengagungan. Karena itu lazimnya ode ditulis untuk seorang pahlawan, raja, atau tokoh besar.

Pablo Neruda mempermainkan ode dengan sangat berhasil, ketika ia menulis serangkaian ode untuk benda-benda remeh-temeh. Inilah 'kenakalan' Neruda, sajak yang biasanya ditulis untuk orang besar, ia gunakan untuk benda-benda kecil, seperti bawang putih, bawang merah, apel, barang-barang rusak, garam, ikan tuna, tomat, pakaian yang belum disetrika, dan lain-lain. Saya tak tahu adakah ini dengan ideologi politiknya. Kita tahu, dia adalah anggota kongres Chile dari partai Komunis.


Hyde menulis ode untuk guling. Bagi saya sajak ini berhasil menjadi sajak yang baik, karena ia bisa jadi apa saja. Pertama, dia adalah ode yang baik, tapi juga tak penting lagi ia mau disebut ode atau tidak, karena batin sajaknya sendiri sudah melampaui bentuk tetap itu.

Kedua, si penulis sajak ini berhasil menghidupkan sajak - ini jurus personifikasi - menjadi sosok yang bukan lagi benda mati. Tapi, sampai pada level itu, tak lagi penting itu adalah guling benda mati teman bantal itu, ataukah hanya metafora dari seseorang yang perangainya seperti guling, dan itu sebabnya si penulis sajak "memilih dia dari yang lain". Ia butuh seseorang yang mengerti, menampung, memahami, mengisi kosong jiwanya.

Ketiga, setelah pembacaan kesekian kalinya, saya makin tak yakin sebenarnya yang bicara itu aku si penulis sajak, ataukah aku yang guling. Bagi saya, jika ini sajak diberi judul "Monoloh Sebuah Guling", pun tak jadi masalah, dan saya sangat bisa menerima, dengan penerimaan yang sama hormatnya, ketika diberi judul sebagaimana penyair menjudulinya. Yang terbaca di tubuh teks sajak ini bisa juga dianggap keluh-kesah di guling itu sendiri, sebagai metafora dari apapun guling itu. Nah, saya semakin lebay, ada baiknya saya berhenti, dan mari kita baca saja sajaknya.


Ode bagi Guling

Sajak Hyde Asmarasastra

                                 : kupilih kau dari yang lain

Sebab hanya dadamu yang
sudah menamatkan erat
pelukan dari kulit keras
badanku
menampung dan menimbang
lorong hitam menggigil ini

sebab hanya jantungmu yang
rela
mengasihi denyut retakan
dari sulit
napas hidungku
menjelajahi dan memisahkan
lendir
kental mengeras ini

sebab hanya tubuhmu yang
mampu
membuntuti letih pertanyaan
dari gerit bebal kepalaku
menjawab dan menahan
gosong
diam mengganjil ini

tapi sebab hidup yang begitu
jenuh
adalah sebab paling pasti
yang memeram ode kosong di
kalbu ini.