1. Diksi itu pilihan kata, kata Gorys Keraf. Bagi saya: memilih kata! Saat menulis puisi - proses mendiksi atau memilih kata, adalah tahap yang penting.
2. Bagaimana kita bisa memilih kalau kita tak punya pilihan? Jadi, tak ada cara lain, kalau ingin diksi kita maksimal: kuasai banyak kata!
3. Bagaimana caranya? Banyaklah ketemu kata, di buku, di lidah orang, di surat kabar, di kamus, di kemasan kue, di mana saja!
4. Saya tak tahu, apakah cara-cara itu mudah atau susah bagi upaya kita menguasai jurus diksi! Dan, diksi bukan cuma memilih kata.
5. Coba rasakan: tampar, tinju, tempeleng, jotos, gampar, hantam, tumbuk, pukul. Apa yg sama dan apa nuansa makna dari kata itu?
6. Ketika mau mengucap sesuatu kita pilih kata yang mana yang pas! Itulah diksi! Mencari cara, kata, ungkapan yang paling pas dengan gagasan kita.
7. Diksi juga berarti kemampuan membedakan nuansa makna dari kata-kata. Tujuannya? Supaya bisa memakai kata itu dengan piawai!
8. Diksi, sekali lagi, hanya mungkin kalau kita menguasai kata: kosa kata! Kalau kata kita terbatas, diksi pun tak leluasa.
9. Diksi juga diperlukan atau dipakai saat menyusun teks pidato, menulis esai, karya ilmiah, naskah iklan, jadi tidak hanya dalam puisi.
10. Kamus itu dokumen, bahwa pernah ada, sedang ada, ada tapi tak lagi dipakai, sejumlah kata. Kamus bisa jadi rujukan.
'
11. Ketika merujuk ke kamus untuk mencari, atau melacak kata, kita boleh taat, patuh, atau membangkang padanya.
12. Itulah bedanya diksi dalam teks puisi dan dalam naskah lain. Dalam puisi diksi menggila, nakal, sok jinak padahal binal!