Sunday, September 12, 2010

Cinta Tak Terlacak, di Bait-bait Acak

: untuk banyak kawan  


1. O, malam dan ruang putih. Aku seperti pasien bedah. O, kau datanglah, sebagai dokter piket atau malaikat penyensus nyawa.

2. SEPI itu seperti menantang, ia paksa aku teriak lantang! O, namamu, duri tajam di lidahku. Seucap saja, kian nyeri luka!

3. O, tanganmu termometer, mengukur hangat dahi-dadaku. "Demammu akan jadi tinggi," katamu. O, bisa kau ukur panas hati?

4. INGKAR itu sangkar yang mengurung janji, atau tali yang menjerat sayapnya. Kau tak akan sampai padaku. Tak akan hinggapi hatiku.

5. O, bulu mataku tangkai daun. Basah itu? Sisa embun. Aku sangat ingin tahu, siapa menangis untukku di sisi ranjang itu

6. KITA pasien dan pembezuk, saling menulis janji. Kalau tak sempat kita tunaikan: itu akan tertulis di nisan, semacam ratap, epitaf.

7. SUBUR sekali tidurku, di ranjang pasien ini. Lebat mimpi, tanaman menjalar, liar. Apa sebenarnya yang ingin kau semakkan padaku?

8. AKU kaktus liar, di padang dengan musim basah sebentar. O, aku sabar menunggu sekali saja ada bunga di tubuhku: mekar, sebentar.

9. BUKANKAH sejak semula aku mencintai sakit ini? O, siksa cinta ini? Aku tak akan sembuh, aku tak ingin pulih. Aku pasien rawat jalanmu.

10. AKU akan pulang, lepas dari ruang gawat darurat ini, ranjang terbang, perawat bersayap bimbang, kukira hatinya melayang.