Monday, October 19, 2009

Gunjing Sastra (2) - Perlukah Riwayat Hidup Penyair Dikaitkan dengan Puisinya?

Nirwan Dewanto tampaknya ingin membatasi atau menyempitkan kemungkinan kita mendekati puisi. Ia menulis, hanya dengan puisi itulah kita bersoal-jawab. Lalu katanya: sebuah puisi adalah sebuah artefak, yang membuat kita bisa menciptakan sejenis “arkeologi pengetahuan”.

Di tulisannya yang lain di blog yang sama, Nirwan Dewanto menulis: ...saya makin percaya bahwa riwayat pengarang memang tak diperlukan, kecuali demi statistika kependudukan belaka.


Keinginan atau keyakinan Nirwan untuk membebaskan puisi dari hal-hal lain, termasuk riwayat hidup penyairnya, makin ditegaskan dari kutipan di atas.

Saya tidak sependapat dengan dia. Menurut saya, apapun yang bisa dikaitkan dengan puisi seseorang, itu sah digunakan untuk mendekati puisi. Kalau Nirwan dulu dalam riwayatnya sebagai kritikus bilang A, lalu dia menulis puisi yang tidak A tetapi B, bukankah perubahan dari A ke B itu menarik untuk digunjingkan? Kita tidak bisa melupakan A dulu yang pernah dia bilang. Itu jadi riwayat dia, orang seorang, orang yang sama yang menulis B. Kenapa harus disterilkan?

Ya, bisa saja puisi dianggap sebagai sebuah artefak, yaitu - menurut KBBI - benda-benda, spt alat, perhiasan yg menunjukkan kecakapan kerja manusia (terutama pd zaman dahulu) yg ditemukan melalui penggalian arkeologi; atau makna lain: benda (barang-barang) hasil kecerdasan manusia, seperti perkakas, senjata. Tapi, apakah lantas tak ada sama sekali jejak si pencipta artefak itu di situ? Kalau ada apakah jejak itu sama sekali tak bisa atau tak perlu digunakan untuk "memaknai arkeologi pengetahuan" pada artefak itu.

Saya menerjemahkan beberapa sajak Naomi Shihab Rye. Riwayat hidupnya yang berbapak Arab Palestina membantu saya memahami dan masuk ke dalam ruang dalam beberapa sajak-sajak yang saya terjemahkan itu. Bagaimana saya harus melupakan riwayat hidupnya itu, lalu hanya bersoal-jawab dengan sajak-sajaknya saja? Saya sangat terbantuk memahami sajak-sajaknya, dengan mengetahui riwayat hidupnya, sesingkat apapaun riwayat yang saya dapat.

Bila puisi adalah sebuah artefak, bukan dia bisa dipakai juga untuk "membongkar" hal-hal lain di luar dirinya? Dalam sajak Naomi, jika saya tak tahu apa-apa tentang riwayat hidupnya saat saya membaca, saya akan menebak pasti dia ada kait-mengait dengan tanah dan darah Arab. Untuk memastikan itu, saya akan merujuk ke riwayat hidupnya, bukan?

:: Pergunjingan ini masih bersambung.