SEMENTARA aku terus menganga, kau
menyebut kode-kode posisi gigi dan
nama-nama alat yang bergantian
disodorkan padamu, kata-kata yang tak
sempat kutebak, dan tak kumengerti.
Kau bicara tentang mana yang masih
bisa dipertahankan. Dan aku nyaris
tak bisa bertahan, terbaring di kursi
perawatan itu, dengan mulut terus
saja menganga, menguapkan semua kata:
aku tak bisa membantah atau mengiya.
Aku akan terus menganga, sepertinya
dengan demikian itu telah habis lebih
dahulu semua jeritan dan aku memang tak
ingin membayangkan sesakit apa sakitnya.
Sementara aku menganga, kau suntikkan
jarum anestesi, lalu terasa gusi dan
bibirku tebal sekali. Seperti firasat,
bahwa aku akan ditinju rasa kehilangan:
sesuatu yang begitu dekat, tapi padanya
aku tak pernah terlalu peduli.