SUATU malam, sekolah mereka diruntuhkan gempa,
Andrew. Tidak ada yang tertimpa. Tapi kau tahu apa
yang jatuh bersama genteng, gelagar bambu, dinding
dan kaki-kaki kursi yang patah? Mungkin kalimat itu
tak sempat kita baca, tulisan kapur di papan tulis itu.
DI negerimu, nanti, kubayangkan anak-anak kita. Dua,
atau tiga, atau tujuh? Aku ingin mengantarkan mereka
ke sekolah. Memperkenalkan diri pada guru-guru dan
mengajarkan mereka mengucapkan, "Terima kasih,
thank you." Dua bahasa? Ya, bahasamu dan bahasaku.
AKU akan bercerita, tentang anak-anak di sebuah desa,
di Yogya. "Pada suatu pagi, mereka tidak pergi ke sekolah,
karena mereka tak ingin melihat harapan yang runtuh.
Mereka tak ingin menaikkan bendera di halaman tempat
mereka bermain dan upacara, menghormat pada cita-cita."
ANAK lelaki kita yang paling tua bertanya. "Yogya? Di
mana itu, Mommy?" Aku melirik padamu, dan itu berarti
saatnya giliranmu bercerita tentang pertemuan kita.