"Di dinding sebelah mana engkau
memajang potretku? Aku sudah lupa.
Hanya kuingat, engkau pernah cerita.
Ajakanmu menyinggahi rumah pun tak
sempat kuiyakan. Ya begitulah, aku
dikunyah kesibukan tak bersudahan..."
"Aku tak memajangnya lagi, sebab
seluruh dinding penuh kulapisi
kertas penghias bergambar senyum dalam
dan kerlingan liar matamu..."