untuk sekali ini, masing-masing kita diam
diam yang menyebut kata, dari pertemuan mata
pada memandang yang kelam tiada apa...
yang berkelebat di sana, lain mata yang
memandang pada kita
sekujur gemetar menolak seribu nista
gemetar yang sama, lihat, ia ada pada
bebayang dosa, pada bebayang siksa
tiada yang berani mencuit hilang, tak juga
terjamah seperti apa bayangan
padahal segala mungkin telah lama hilang,
sayang, mungkin karena terlalu lama kita
hanya berpandang tak juga berpegang
tatkala rebah, rindu tak juga ada...
nyata semuanya bukan dan tiada apa-apa
kau tak merasa, rindu itu ada, ketika kau
rebah dia mendekapkan telinga ke dada, mencari
degup itu ada, meyakinkan rindu itu berdetak jua