DI Twin Towers Plaza, Kuala Lumpur. Dia menemukan surga itu: Toko Buku Times. Buku-buku yang terpajang semuanya berbahasa Inggris. Dia menyusuri rak demi rak. Ia bertanya kepada pegawai toko, perempuan Melayu berkerudung. Muda dan manis. Walaupun tanpa senyum. Tidak. Tidak sinis. Ia mungkin hanya tidak ingin bermanis-manis. Seolah dengan ekspresi datar saja dia sudah amat sadar bahwa wajahnya memang manis.
"Buku Lat ada?"
"Lat? Buku ape tu?"
Duh, tak bisakah kamu jadi gadis manis yang juga cerdas? Lat itu kartunis besar dari negaramu, Sayang. Dia bergelar Datuk, tahu?
"Kartun. Komik. Lat. Emmmm Kampung Boy. Tahu??"
Si manis tampaknya mulai sadar berhadapan dengan orang yang bukan iseng singgah di toko buku itu. Dia bergegas ke rak buku lain. Melihat menyibak membaca buku-buku yang dipajang. Lalu menyodorkan sebuah buku. Lebih besar sedikir dari ukuran saku.
"Buku ini?"
Lelaki itu membaca: Mat Som. "Ya, ini juga buku Lat. Judul lain tak ada?"
[bersambung]