Thursday, September 1, 2005

Hangat Jingga Senja Makin Samar

Aku ingat kau yang mencintai langit setelah selesai hujan.
"Seperti ada puisi menguap dari rumput, mohon dibacakan."

Pada pelangi sebentar, bisikmu gemetar, "langit usai hujan,
bisakah kau ajari aku menertibkan angan. Aku kedinginan."

Aku ingat kau yang seperti enggan mengunci jendela kamar,
sebelum kubacakan puisi, hangat jingga senja makin samar.