Pergilah jauh dari rumah dan carilah puisi di sepanjang perjalanan kepergian kita. Catatlah dengan hati, bukan hanya dengan mata. Catatlah dengan telinga juga. Dengan kulit juga. Biarkan ada yang terdengar dan menyentuh kulitmu tanpa harus diberi nama itu suara dan rasa apa. Kelak mungkin puisi memberi tempat untuk sebuah jawaban ketika kita nyaris saja melupakannya.
Puisi perjalanan itu tak harus menjadi puisi yang mencatat pemandangan apa yang kita lihat di sepanjang perjalanan itu. Ia bisa berupa tinjauan atas percakapan kita dengan teman seperjalanan, dengan orang yang kita temui atau apa yang ingin kita bualkan dengan orang yang ingin kita temui.
Pergilah jauh, juga ketika kita diam saja, tak kemana-mana bepergian. Bukankah pikiran kita bisa kita liarkan untuk mengembara kemana saja? Bukankah seluruh hidup ini sejatinya adalah memang sebuah perjalanan? Bukankah seluruh puisi adalah catatan dari seluruh perjalanan itu?