Thursday, June 9, 2005

Soneta Hati Patah

taman kota, ada yang datang lagi ke sana
bangku tabah menunggu, waktu menghilang,
lihatlah, kalian masih mendustakan cinta,
yang patah itu tumbuh, tapi hati tak mau bilang

Abang, abang. kuantar dia kembali terbang
nun di seberang ada menanti sebuah cabang.
Abang, abang. kibas sayapnya masih membayang,
di hati: kerlip rindu - wahai - makin terang.

Jarak itu adakah dia, sayang? Jarak yang gaib,
diam-diam kauartikan sendiri rumah bagi lelaki,
diam-diam kaujadwalkan sendiri bila kaki pulang

Lalu kau bertemu dia. Lalu kau bertemu dia?
Lalu malam itu kau tersenyum. Kau tersenyum?
Ya, ya. Bukan untuk dia. Bukan untuk dia…