Blog ini adalah daerah cagar, suaka bagi sajak-sajak, terjemahan, dan esai-esai Hasan Aspahani. Hal-ihwal yang pernah hilang dan ingin ia hapuskan.
Tuesday, June 21, 2005
[Ruang Renung # 112] Rumah Tangga Penyair
Shiela & Ikra, Mei 2005
RENDRA menikah beberapa kali. Kahlil Gibran tak pernah bisa memiliki gadis yang sangat dia cintai. Sapardi Djoko Damono tak pernah dibicakan orang karena kisah percintaannya.
Selebihnya sering disiratkan bahwa penyair adalah manusia yang selalu punya kisah percintaan yang hebat, atau perselingkuhan yang dahsyat. Selalukah begitu? Mungkin. Banyak puisi bangkit dari pengalaman mencintai dan dicintai. Lebih banyak lagi dari cinta yang tak sempat sampai. Kerja menyair memang ada hubungannya dengan laku pribadi. Tapi, penyair mestinya adalah manusia biasa yang kebetulan suka menghayati dan mencari atau memberi makna pada tiap yang ia lihat, ia sentuh, ia lakukan. Setiap peristiwa yang datang padanya adalah inspirasi bagi puisi.
JADI, menyairlah. Dan berkeluargalah. Saya justru mulai menulis puisi lagi ketika sudah berkeluarga. Saya tetap menulis puisi ketika punya anak. Saya masih menulis puisi ketika anak-anak tumbuh. Waktu memang tak pernah bertambah. 24 jam satu hari. Tapi, ah - ini jawaban yang tidak puitis - kita bisa mengakali waktu itu kan?