APA saja bisa. Semua hal berhak disajakkan. Semua peristiwa bisa dipuisikan. Semua lintasan pemikiran bisa hadir dalam sajak. Semua permenungan boleh ada dalam puisi. Semua yang ada di dunia, bahkan yang tidak ada pun, adalah tema sajak-sajak kita.
Bagaimana menyajakkannya? Apakah semuanya bisa disajakkan dengan cara yang sama? Ah, tentu saja tiap sajak punya bagaimananya sendiri, tiap sajak menempuh jalan yang berbeda untuk sampai pada sajak. pada dirinya sendiri.
Apakah semua sampai pada sajak? Tiap sajak adalah hasil sebuah percobaan. Tiap sajak adalah sebuah percobaan itu sendiri. Dia bisa berhasil, dia bisa gagal. Dia bisa sampai, bisa juga terbengkalai.
Tetapi, bukankah perangkat-perangkat sajak itu sama saja? Ya, kita harus menguasai perangkat-perangkat itu. Mengenalinya, dan mahir memakainya saat kita menukangi sajak kita. Dan kemudian, setelah kita kuasai dan kenali perangkat itu, kitalah yang menentukan hendak memakai perangkat yang mana, atau tidak memakai, atau menciptakan perangkat baru yang belum pernah dipakai oleh penyair sebelumnya. []