DIA ingin menulis sebuah sajak cinta untuk Sajak Cinta yang dia cintai. Dia ingin menulis sajak cinta yang tak pernah ditulis oleh siapapun. Sajak cinta yang ingin dia tulis itu bukan sajak tentang cinta yang sederhana, bukan sajak cinta yang dipamfletkan, bukan sajak cinta yang sentimentil.
Sudah lama dia membuat file sajakcinta.txt di komputernya. File itu kosong, karena memang dia belum menuliskan apa-apa di sana. Sajak Cinta-nya bilang, "jangan buru-buru menulis sajak cinta untukku!"
Tiap malam dia pasti membuka file itu, lalu mencoba beberapa bait tapi selalu ia hapus lagi karena dia rasa bait-bait percobaan itu belum pas untuk Sajak Cinta yang ia cintai itu.
"Tulis saja dulu sajak yang lain, sajak untuk hal-hal lain," kata Sajak Cintanya. Maka, demikianlah, sementara dia selalu membayangkan dan terus mencari bagaimana cara menulis sajak terbaik untuk Sajak Cinta-nya itu, dia menulis bermacam-macam sajak.***