HIDUP ini, hidup kita ini, bukan lagi bukit bukau,
menjulang seratus depa kelapa, telah lama terjatuh
buah bungar. Kini menjaga putik, bungsil & mumbang.
*
KITA hanya bisa ingin saling sabar bertukar:
Kau dengan kesepian yang tak mampu kumengerti
aku punya kepedihan yang tak pernah kau miliki
Seperti di kedai kafe yang aku tak peduli namanya,
kita para penyinggah resah, yang juga tak tahu
pasti, kenapa bisa sampai dan lama di meja ini.
Mencari. Sesuatu, entah di gelas-gelas kopi, atau
mesin pencari. Sampai pergi. Sendiri. Sendiri.
Hingga bular pandang. Entah mana yang bukat-likat
udara yang menyenja, atau asin airmata. O, entah
kenapa, kafe ini sejak tadi mengulang lagu Kahitna.
Aku menyimpan saja, selingkar bumban bunga melati
yang kubayangkan kelak kumahkotakan pada rambutmu.
Kau mungkin menunggu jam putar, sinema yang akan
kau tonton sendiri di layar yang hanya membawamu
kembali ke sepi yang lama kau pelihara sendiri.
*
O, hidup ini, kata-kata yang tak kita mengerti,
dan kamus itu, sudah lama kita tak menyentuhnya.