Walt Whitman (May 31, 1819 – March 26, 1892) |
Sajak Walt Whitman
PADA suatu pantai, pada suatu malam.
Berdiri berbagi sisi, anak dan ayahnya
memandangi langit timur, langit musim gugur
Tinggi menembusi kekelamanan,
Awan disesaki gagak, awan penguburan, menyebarkan hitam
rendah dan murung, lekas melintangi, menuruni langit,
di tengah sabuk gas tertembus cahaya tersisa di timur itu,
meninggi terang dan perlahan: Jupiter sang bintang-raja,
Dan malam di genggam tangan, sejengkal saja di atas itu,
berenang riang, para gadis manis: Kartika.
Di pantai itu, si anak menggenggam tangan ayahnya,
Awan-sekelam-makam itu merendah, segera melahap segalanya,
si anak itu, menyaksikan dan diam-diam ia menangis.
Jangan menangis, anakku,
Jangan menangis, sayangku,
Dengan ciumanku ini, biarkan kuhapus airmatamu,
Awan gagak hitam tak akan lama mengalahkan kita,
Mereka tak akan lama menguasai langit, mereka menelan
bintang-bintang hanya sekelebat hantu lewat saja,
Jupiter akan bangkit lagi, sabarlah, lihat malam lainnya,
Kartika akan bangkit lagi,
Mereka tak akan mati, semua bintang emas dan perak itu
akan memancarkan sinarnya lagi,
Bintang yang besar dan kecil akan memancarkan sinar lagi,
mereka bisa lama bertahan
Matahari abadi yang tak sendiri itu, dan tafakur bulan itu
akan memancarkan sinarnya lagi
Maka, anakku sayang, meratapkah kau hanya untuk Jupiter?
Kau sendiri sajakah yang berduka bagi bintang-bintang mati?
Ada sesuatu di sana,
(Aku dekatkan bibirku, melembutkan bisikan,
aku beri ia nasihat yang pertama, tantangan, tapi bukan pengarahan)
Sesuatu yang juga imortal melebihi bintang-bintang,
(Banyak kematian, siang dan malam, berlaluan,)
Sesuatu yang bertahan lebih lama melebih kemilau Jupiter
Lebih lama dari matahari dan satelit yang beredar,
atau adik-adik manis Kartika yang bermandi cahaya.