Teks-teks untuk Dialog dalam Film yang
Tak Ditayangkan Dini Hari di Televisi
"MAMPUKAH kita menampung semua yang ia minta?"
tangan kanan itu bertanya kepada tangan kiri.
"Aku bahkan tak tahu buat apa dia minta semua itu,"
kata tangan kiri. Kedua tangan itu masih saja
ditengadahkan. Doa-doa masih terus dipanjatkan.
*
"Bukankah seharusnya kau saat ini ada di tempat lain?"
"Ah, aku pun tak tahu kenapa aku saat ini ada di sini?"
"Untukmu, kupersiapkan banyak sekali tiket kosong..."
"Dan setiap saat, ada kereta yang tiba dan berangkat."
"Tiket, penjaga loket, petugas piket, bangku kosong,
percakapan tentang perjalanan, doa yang dibaca sebelum
berangkat, sejumlah perhentian yang kelak jadi alamat,
ah, kau akan tahu apa hakikat berada di sebuah tempat..."
*
"Masihkah kita sempat, berpeluk erat, sebelum berangkat."
"Apa yang ingin kau tinggal di punggungku? Elusan ragu?"
"Aku hanya ingin memastikan jantungmu pada jantungku"
"Kau ingin mengucap juga semacam doa? Biar kuingat
sepanjang kepergian, kusebut amin yang tak terhingga."
*
"Hei, sudah berapa tangan erat kau jabat," tanya
tangan kiri kepada tangan kanan. Ini perjalanan
menghabiskan tiket kosong yang tak berkesudahan.
Kedua tangan itu tak lagi sempat ditengadahkan,
kereta selalu berguncang, penumpang harus selalu
berpegangan. "Kau sadarkah?" tanya tangan kanan
kepada tangan kiri, "dalam perjalanan, banyak sekali
yang terkabulkan, doa-doa disimpan, para penumpang
diam-diam saling mendoakan, saling mengaminkan."
"Ya. Kukira, karena Tuhan ada di mana-mana, maka Ia
menyukai perjalanan kita. Dari tangan ke tangan."