SIMILE. Perbandingan langsung dengan menyamakan suatu hal dengan hal lain menggunakan kata awalan se-, kata penghubung atau kata pembanding (seperti, layaknya, bagaikan, bagai, seumpama, sebagai, umpama, bak, laksana, sepantun).
Simile menurut Rahmat Djoko Pradopo ("Pengkajian Puisi", Gajah Mada University Press: Yogyakarta, Cet. 9, 2005) dapat dikatakan sebagai majas yang paling sederhana dan paling banyak digunakan dalam sajak.
Contoh:
a. Waktu seperti burung tanpa hinggapan
melewati hari-hari rubuh tanpa ratapan
sayap-sayap mu'jizat terkebar dengan cekatan
Waktu seperti butir-butir air
dengan nyanyi dan tangis angin silir
berpejam mata dan pelesir tanpa akhir.
("Waktu", W.S Rendra, "Empat Kumpulan Sajak", Pustaka Jaya: Jakarta, Cet.8, 2003)
b. Ia merasa seperti menyusuri lingkaran
tak menemukan bangku panjang.
("Lirik untuk Improvisasi Jazz", Sapardi Djoko Damono, "Hujan Bulan Juni", Grasindo: Jakarta, 1994)
Yang fana adalah waktu. Kita abadi:
memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa.
("Yang Fana adalah Waktu", ibid)
c. Malam ini. Sebuah perapian menyala di kejauhan
seperti bayang-bayangmu bergerak di pintu depan
("Dari Rembang ke Rembang", Abdul Hadi WM, "Tergantung pada Angin"; Budaya Jaya: Jakarta, 1977)
Seseorang atau mungkin senandungmu yang hilang
bergerak seperti perahu di atas ombak tak berjalan.
("Seperti Perahu", ibid)
d. Suratmu masih saja indah kubaca
bagai ricik kali dan taman bunga
di padang tandus cintaku
("Neraca Perjalanan", Sitok Srengenge, "Kelenjang Bekisar Jantan", Garba Budaya" Jakarta, 2000)
Sebab kau seakan kelam yang selalu mau aku memasukimu,
sembunyikan cemas sekaligus kebebasanku
("Memasukimu", ibid)
e. Aku tak tahu siapa yang mengantar pulang jasadnya,
tapi setiap membaca koran aku seperti sedang
mengantar jenazah loper koran malang itu,
("Loper Koran", Joko Pinurbo, " Pacar Senja"; Grasindo: Jakarta, 2005)
Bayi tersenyum, membuka dunia kecil yang merekah
di matanya, ketika Ibu menjamah tubuhnya
yang ranum, seperti menjamah gumpalan jantung
dan hati yang dijernihkan untuk dipersembahkan
di meja perjamuan.
("Bayi dalam Kulkas", ibid).
Ada simile yang kuat. Ada simile yang efektif mengutuhkan sajak. Ada simile yang lemah. Ada juga yang sia-sia. Ada juga yang membingungkan. Ada yang tidak terasa kehadirannya, karena begitu pas ia dipadankan. Ada yang justru mengganggu. Simile memang jurus yang paling sering dipakai, tapi ia tetap harus dipakai dengan hati-hati.