ANTONOMASIA. Penggunaan status, sebutan kehormatan, nama kesayangan, atau gelar penghargaan seseorang, sebagai pengganti nama diri orang itu.
Contoh:
a.
Buat Miratku, Ratuku! kubentuk dunia sendiri,
dan kuberi jiwa segala, yang dikira orang mati di alam ini!
....
("Sajak Putih", Chairil Anwar, "Aku Ini Binatang Jalang", Grasindo: Jakarta, 1990)
b.
Kereta sudah siap.
Para pelayat berjejal di dalam gerbong.
melambai-lambaikan bendera.
"Gadisku, ikutlah bersama kami.
Kita akan pergi menyambut revolusi."
("Poster Setengah Telanjang", Joko Pinurbo, "Di Bawah Kibaran Sarung", IndonesiaTera: Magelang, 2001
c.
"Di sini tak ada teratai, Sayangku.
Ia tumbuh di dalam kalbu.
Biar mekar ia,
bunga yang purba,
semoga jadi lambang keabadian cinta kita."
("Kuungkapkan Lewat Bunga", Sitok Srengenge, "Kelenjar Bekisar Jantan", Garba Budaya: Jakarta, 2000)
d.
"Malam sangat dingin, Pangeran. Mau melancong ke mana?
"Aku mau cari jangkrik di kuburan."
("Pasar Sentir", Joko Pinurbo, "Celana", IndonesiaTera: Magelang, 1999)
e.
"Katakanlah, ki sanak, di manakah ini."
"Diamlah, Raden, tuan sebentar lagi
akan mengetahuinya."
("Penangkapan Sukra", Goenawan Mohamad, "Sajak-sajak Lengkap 1961-2001", Metafor Publishing: Jakarta, 2001)
"Tidak, Gusti."
"Kausangka kau pemberani?"
(ibid)
Dalam sajak, selalu saja ada peluang untuk bermain-main memanfaatkan kreativitas. Lihatlah contoh yang saya ambil dari sajak Joko Pinurbo. "Pangeran" yang ia pakai sebagai pengganti sebutan seseorang, sesungguhnya bukanlah pangeran dalam arti sesungguhnya putra seorang raja. Joko Pinurbo sedang berolok-olok, membuat lelucon pahit sebagai tanggapan atas kehidupan yang hendak ia potret. Antomonasia, sebuah majas, yang mungkin secara tak sengaja ia berdayakan, di sajaknya itu, menambah kegetiran sajaknya.