MILAN, benarkah manusia tak dilahirkan untuk berbahagia? Di jalanmu, Milan, ada sebuah kafe, dengan remang lampu, mesin judi, televisi, dan kursi-kursi kayu sewarna pekat buih cappucino. Aku kira harimu tak pernah sempurna, Milan, meskipun matahari musim semi memberimu siang lebih panjang dari kecemasan orang seasing aku padamu.
Milan, ingatkah engkau pada seorang dari Sangiano? Belajar ilmu bangun ruang dan tampaknya dia tak berbahagia? Aku tak tahu, di mana persisnya teater itu, Milan, dan naskah lakon apa yang kini sedang dimainkan, dan siapa sedang memerankan apa. Aku sedang merasa sangat asing dengan siapa yang sedang kuperankan, Milan. Aku mungkin perlu poster, seperti Dario Fo yang kulihat, sekilas di jalan-jalanmu, Milan.