+ Singa-singa itu...
- Mereka sudah ditekuk takluk. Diberi makan
cukup untuk patuh pada cambuk. Kau tahu?
Mereka lahir di kebun binatang kota, tak kenal
jejak perkelahiran di padang-padang perburuan.
Sirkus, memang sebuah pertunjukan tanpa
pertanyaan. Kita datang dan pulang tanpa
membawa apapun jawaban. Kita hanya perlu
sebuah hiburan. Hanya perlu sebuah pelipuran.
+ Dan kita bertepuk untuk....
- ....sebuah perasaan menang. Auman itu
bukan sebuah geram yang dibahanakan.
Auman itu cuma aksi pelengkap untuk
sempurnanya sebuah pengelabuan. Lihat,
kita masih meremang, bukan? Dongeng
tentang raja hutan itu, belum kita lupakan.
+ Lihat, lingkaran api itu dilompati...
- Ya, pertunjukan ini pun jadi sempurna, bukan?
Atraksi ini bukan cerita keberanian. Ini cuma
semacam pameran kepatuhan.
+ Dan badut-badut itu...
- ....sayang. Singa-singa itu tak pernah bisa
dilatih untuk tertawa. Mungkin kelak perlu
semacam topeng atau tata wajah khusus
dengan bedak dan gincu di wajah-wajah itu.
Wajah singa itu, maksudku. Sebab, panggung
itu memang perlu sebuah banyolan, juga olokan.
Sebagai selingan pertunjukan. Agar makin
tak sia-sia tiket ini. Sebelum kita campakkan.