Akhirnya sampai juga, seperangkat kursi tamu
itu ke alamat yang dituju. Supir truk pikap
yang mengantarkannya, merasa pernah
pada suatu ketika menjemput kursi-kursi itu
dari sebuah alamat lain dan membawanya
ke toko loak. "Tapi aroma peliturnya kok masih
segar sekali, ya?" katanya menebak-nebak.
Akhirnya ada juga seperangkat kursi tamu di
rumah itu. Televisi tua yang sudah mulai kabur
ingatannya merasa pernah mengenal teman
barunya itu, dulu di suatu waktu di suatu tempat.
"Mungkin dia yang bersamaku, di toko
loak itu," katanya menduga-duga.
Ada seseorang yang lewat di depan rumah
yang sekarang berperabot kursi tamu itu.
Ia melihat dan seperti pernah mengenal
kursi tamu itu, seperti diingatkan bahwa
ia suatu ketika pernah bertamu ke sebuah
alamat. Dia ingin sekali singgah, tapi tak
menemukan alasan untuk si tuan rumah.
"Ah, siapa yang peduli pada tukang
perbaiki kursi keliling seperti aku?" ujarnya,
setengah merendah, sisanya seperti gerutu.