KENAPA sebuah karya sastra memikat pembaca? Kenapa daya pikat itu bertahan lama? Kenapa sebuah karya dengan daya pikat yang lama itu menjadi karya besar, sementara karya lain tenggelam terlupakan?
Ketajaman pandangan, kedalaman penglihatan sampai mendasar, kekayaan imaji, kecendekiaan dan kekayaan emosi menandai ciptaan-ciptaan abadi. "Semuanya itu mengarah untuk menemukan hakekat manusia, menemukan hakekat kehidupan," kata Drs M.S. Hutagalung dalam buku "Memahami dan Menikmati Puisi", (Badan Penerbit Kristen; Jakarta; 1971.
Pertanyaan di atas menjadi pokok perhatian kalangan sastra dan peneliti sejak dahulu. Berikut ini ada lima butir yang dipetik dari buku tersebut. Butir-butir yang menurut penulisnya ditarik dari patokan-patokan yang sudah diberikan oleh peneliti dan filsuf-filsuf terdahulu. Meskipun demikian, kata penulis, kita tak perlu berhenti merumuskan dan merumuskannya lagi. Berikut inilah, butir-butir itu:
1. Ciptaan-ciptaan besar selalu ditandai oleh kesungguhan dari pengarangnya.
2. Pengarang sungguh-sungguh menganalisa dan merenungkan persoalan-persoalan dalam kehidupan manusia, sehingga mereka dapat mengungkapkan kebijaksanaan yang dapat dipakai oleh manusia sebagai jawaban persoalan-persoalan yang dihadapinya dalam kehidupan ini.
3. Pandangannya mendasar sehingga dapat menggambarkan dengan tersendiri bukan hanya fakta-fakta tapi juga apa yang tersembunyi di balik faktisitas itu.
4. Yang mereka gambarkan adalah esensi kehidupan itu sehingga kesedihan yang mereka gambarkan adalah sekelumit dari derita manusia pada umumnya, sedang sukacita tokoh-tokoh adalah merupakan suka cita manusia sejagat pada umumnya.
5. Dengan demikian orang-orang membacanya beranggapan bahwa derita yang dibaca adalah deritanya sendiri, pengalaman-pengalaman yang dibacanya adalah pengalamannya sendiri, atau pengalaman yang demikian itu akan dialaminya pada situasi tertentu.[]