"MAUKAH kamu kita bertukar diri?" tanya Kartunis kawanku, kepada Penyair, yang juga kawanku. "Boleh. Kita coba. 24 jam lamanya. Nanti setelah itu kita saling mengembalikan," kata Penyair.
24 jam kemudian, mereka pun saling mengembalikan. Diam-diam, sebenarnya ada sedikit bagian dari masing-masing mereka yang tak mereka kembalikan. Si Kartunis menyimpan cara merasakan Si Penyair. Si Penyair mengambil cara memandang Si Kartunis.
Karena itu kemudian, Si Penyair bisa menertawakan sajaknya sendiri. Dan Si Kartunis menangis karena kartunnya. Kepada mereka berdua aku bilang, "kapan kalian menulis sajak tentang aku dan menggambar kartunku?"
Mereka terdiam, dan sejak itu, aku tak pernah lagi bertemu mereka. Mereka seperti menghindar, takut atau tidak enak kalau aku menagih. Ah, memangnya, mereka pikir, aku ini siapa, ya? Aku ini kan cuma calon mayat yang biasa saja yang sedang menikmati hidup juga. Memangnya aku tidak boleh membuat orang lain menangis atau tertawa?***