Penyair muda dari Yogya itu mengajak saya bermain. Dia kirim sepuluh kata dan kami menyajakkannya. Di blognya ia lebih dahulu menampilkan sajaknya. Padahal sudah kubilang, jangan buru-buru, kita ini pemburu. Baiklah, Benz. Ini sajakku.
Siapakah Sebenarnya Kamu
:Benz
AKU dan malam, kami saling menjaketkan,
aku lihat kamu ada di redup sebuah musala,
memang kami tak buru-buru, tapi kami
tak menyinggahimu, aku dan malam sedang
menelusuri kabel panjang: berisi arus
waktu dan alir kehidupan, tak kemana
berujung, tapi kemana-mana menyambung,
dan aku tahu, pasti juga ke alamat mu.
aku pernah juga melihatmu, hinggap di
bentang kabel itu. Letih sekali tampakmu.
seperti pelanggan tak taat pada rekening,
tagihan yang kau abaikan, takut pada
peringatan, nyaris sambungan diputuskan.
*
AKU dan malam, kami gelar karpet besar
aku berbaring dan kulihat kamu amat sibuk
di langit itu memalu paku, tempat nanti
aku mengantung lipatan kertas permintaan.
*
AKU suka bikin mangkuk dari tangan
lalu malam menumpahi dengan sisa cahaya
kalau aku tertidur, malam diam-diam
meninggalkan aku, tapi kami nanti bertemu
di banyak tempat, di lantai diskotik, di
karpet futsal, di tilam pasien gawat
darurat, di gelang nama bayi neonatus,
dan kulihat juga kau selalu ada di
mana-mana itu. Aku tak mau terlalu jauh
bertanya, siapakah sebenarnya kamu?